Thursday, February 19, 2015

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


            Teori belajar behaviorisme adala sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada lingkungannya.
Teori belajar menurut aliran ini adalah:
*      Hasil belajar tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon.
*      Agar hasil belajar optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa sehinga mudah direspon siswa.
*      Siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan antara stimulus dan respon tersebut.
Macam-macam teori belajar menurut aliran ini adalah:
1.  Teori belajar Classical Conditioning
              Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1927). Dia mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk berliur walau tanpa makanan. Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.


2.   Teori Operant Conditioning
            Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, penampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan eksperimen tersebut dapat ditarik kesimpulan:
*      Setiap respon yang diikuti dengan penguatan (reward atau reinforcing stimuli) cenderung akan diulang kembali.
*      Reward atau reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu:
  1. Penguatan positif dan negatif
  2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati tingkah laku yang diharapkan
  3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang diisyaratkan
  4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan
  5. Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain
  6. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.
3.  Teori Koneksionisme
            Teori ini dikembangkan oleh Edward Thorndike (1874-1949). Dia menggunakan kucing sebagai hewan percobaan. dalam eksperimennya, dia menghitung waktu yang dibutuhkan kucing untuk dapat keluar dari kandang pecobaan (puzzle box). Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trial dan error. Hewan percobaan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri dengan lingkungannya sedemikian rupa sebelum hewan percobaan tersebut dapat melepaskan diri dari kandang percobaan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan percobaan itu praktis sama.
Thorndike mengemukakan 3 macam hukum belajar, yaitu:
    a. Hukum kesiapan
        Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka perlu kesiapan dalam belajar. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
*      Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dapat melaksanakannya, maka dia akan puas.
*      Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku tapi tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan kecewa.
*      Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dipaksa untuk melaksanakannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
    b. Hukum latihan
        Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan.
    c. Hukum akibat
        Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.
4.  Teori belajar Conditioning (Edwin Guthrie)
            Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
            Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak. (Bell, Gredler, 1991).
5.  Teori belajar Clark Hull
            Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
6.  Teori belajar Watson

            Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

MUSAWAF

No comments:

Post a Comment