Sunday, February 22, 2015

Metode Kerja Kelompok



Metode  Kerja Kelompok
A.    Pengertian  metode kerja kelompok
Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih untuk suatu kerja atau suatu yang tujuan. Kelompok belajar adalah kelompok siswa yang mengajarkan pelajaran secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Kerja kelompok itu akan berguna atau berhasil apabila kelompok tersebut mempunyai tujuan tertentu, setiap kelompok sadar dan mampu menghayati peran sertanya, serta mau berpartisipasi sesuai dengan tujuan kelompoknya. Dengan demikian, tidak semua kumpulan dua orang siswa atau lebih (siswa yang mengerombol) dapat disebut kelompok belajar ini mempunyai cirri-ciri kusus yaitu:
1.      Adanya persatuan diantara anggota-anggotanya.
2.      Anggota-anggotanya sanggup bekerja dan bertintak bersama untuk tujuan  bersama-sama dalam keadaan yang sama-sama mereka hadapi.
3.      Interaksi secara sadar terjadi di antara anggotanya. Pengunaan metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar menuntut pemecahan kelas menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok anggotanya dapat terdiri dari 3 sampai 7 orang siswa.[1]
Pengelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri yang biasanya dalam pemilihan dalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan teman yang menurutnya lebih dekat. Pengelompokan dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan-pertimbangan pedagogis, diantaranya untuk membedakan anak didik yang cerdas, normal dan lemah. Menurut crow and crow bahwa anak yang cerdas apabila digabungan dengan anak yang lemah akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar terutama bagi yang lemah. Untuk kelompok yang bagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru sebagai pembibing akan lebih berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar jangan terlalu dirugikan. Sedangkan cerdas jangan jangan ada anggapan bahwa  adanya kelompok tidak memebri manfaat baginya. Dalam hal ini guru meritugas tugas kepada yang lebih cerdas untuk membantu rekan-rekannya yang lemah.[2]
Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi[3]:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ  
Artinya:
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
B.     Asumsi dasar (pendekatan) dari metode kerja kelompok
·   Melatih bekerja dalam kelompok (teamwork)  
·   Melatih keterampilan berkomunikasi 
·   Pembagian kerja
·      Melatih kemampuan bertanggung jawab
·  Melatih keterampilan sosial (keterampilan dan sikap positif).[4]
C.     Langkah- langkah peneraban metode kerja kelompok
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok, yaitu :

a)      Menentukan  kelompok  Hal  ini  dapat  dilakukan  oleh  guru   atau  murid  atau  secara  bersama-sama antara guru dan murid. Aspek-aspek  kelompok  yang  perludi perhatikan dalam kerja kelompok yaitu :
1.      Tujuan
Sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.[5] Setiap bentuk kerja kelompok mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini merupakan faktor pengikat yang penting dalam kelompok dan akan memberi ciri terhadap aspek-aspek lain, kejelasan dan kemantaban tujuan bahkan menentukan kecocokan ikatan kelompok.[6]
2.      Kepemimpinan
Unsur kepemimpinan sangat diperlukan agar kelompok secara efisien dapat mencapai tujuannya (meneyelesaikan tugas yang dibebankan kelompok). Oleh karena itu, setiap pembentukan kelompok perlu menunjukkan pemimpin kelompok 9ketua kelompok), sebaiknya pemimimpin kelompok dipilih secara demokratis.
3.      Norma
Mekanisme interaksi anggota kelompok berlangsung sesuai dengan norma atau aturan kelompok. Dengan norma ini, keteratuaran ketertiaban interaksi antar anggoata kelompok. dan diperlukan kesadaran kelompok untuk manaati norma-norma yang ada.
4.      Interaksi
Interaksi dalam hal ini dimaksudkan adanya komunikasi tatap muka anatar sesame anggota dalam bentuk berbicara, mendengarkan, bertanya, menjawab atau berkomunikasi nonverbal.

5.      Perasaan
Aspek ini penting karena dapat menciptakan kerja kelompok yang berpengaruh pada produktivitas  kelompok. Didalam kelompok ada  perasaan individu dan perasaan kelompok. Persaan kelompok diantaranya adalah perasaan kesetia kawanan, persatuan dan kesatuan antar anggota dalam rangka pelaksanaan / penyelesaian tugas.[7]
Tidak mengabaikan asas individual
Dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadiyang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.
Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki.
Dimaksudkan untuk memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya. 
Memberi tugas-tugas kepada kelompok
Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas padakelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk  pelaksanaan tugas tersebut.[8]

A.    Kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok
Kelebiahan metode kerja kelompok diantaranya adalah:
1.      Menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan.
2.      Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok yang terbaik sehinga dengan demikian terjadilah persaingan sehat. Untuk mencari kemajuan dan prestasi dalam kelompoknya.
3.      Terjadinya transfer pengetahuan antara sesama kelompok yang masing-masing dapat saling isi mengisi dan melengkapi kelebiahan antar mereka.
4.      Dapat meringankan tugas guru dan pimpinan sekolah.[9]
Kekurangan metode kerja kelompok diantaranya adalah:
Kekurangan metode ini adalah :
1. Kerja kelompok sering kali hanya menlibatkan kepada siswa yang mampusebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan yang kurang;
2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula;
3. Keberhasilan kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri;[10]
4. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang ;
 5. Persaingan tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat meberikan penegertian pada siswa;
6.  Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin dri dan pemalas terbuak kemungkinan untuk pasif dalam kelompoknya;
7. Sifat kemampuan individual kadang-kadang terasa terabaikan;
8.  Jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak diberikan batas-batas waktu tertentu, maka tugas tersebut cenderung terabaikan dan terlupakan;
9. Tugas juga dapat terbengkalai manakala tidak mempertimbangkan aspek psikologis anak.[11]


Metode Hafalan
A.    Pengertian metode hafalan
Metode bersal dari kata methot dalam bahasa inggris, yang berarti cara. Metode adalah cara yang cepat dan tepat melakukan sesuatu.[12] Selain itu zuhairi mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa yunani (Greeka) yaitu kata “metha” dan “hodos” metha berarti melalui atau melewati, sedangkan hodos berati jalan yang harus dilalui atau dilewai untuk mencapi tujuan tertentu.[13]
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan  metode adalah cara cepat dan tepat digunakan dalam pembelajaran. Metode ini juga mempenyai pengaruh dan tujuan pengajaran.
Adapun menghafal menurut Bahasa Indonesia, menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran, atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku dan catatan lain. Ditambah awalan me menjadi menghafal, “menghafal artinya beruhasa meresap dalam pikiran agar selalu ingat”.[14]
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan metode menghafal ialah cara cepat dan tepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan cara menghafal yaitu mengucapkan diluar kepala tanpa harus melihat buku dan catatan lain lagi. Metode menghafal merupakan kegiatan belajar siswa denga cara menghafal suatau teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan guru. Para siswa diberi tugas untuk menghafal dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian di demontrasikan dihadapan guru.
Metode ini dikenal juga dengan metode Min-Mem, Min-Men ini singkatan dari mimicry (meniru) memorization (menghafal)/ peringatan. Metode ini dikenal juga sebagai informant-drill method.[15] Metode hafalan ini biasanya digunakan untuk menghafal Al-qur’an, dan hadist, selain itu metode ini juga sering digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, seperti bahasa Arab.
B.     Asumsi dasar (pendekatan) metode hafalan
Adapun landasan dasar penggunaan metode hafalan dalam pengajaran al-Qur’an hadist yaitu Qs. Al-Hijir ayat 9 yang berbunyi:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Adapun tujuan metode menghafal dalam pelajaran al-qur’an hadist ialah:
1.      Kemantapan Membaca sesuai dengan sarat-sarat yang telah ditentukan dan menghafal yang telah ditetapkan.
2.      Kemampuan Memahami al-Qur’an dan hadist secara sempurna, memuaskan akal, dan mampu menenangkan jiwanya.
3.      Kesanggupan menerapkan ajaran islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.
4.      Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.
5.      Menumbuhkan rasa cinta dan keagungan dalam jiwanya.
6.      Pemberian pendidikan islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama dari Al-Qur’an Al-karim.[16]
C.     Langkah-langkah penerapan metode hafalan
Langkah –langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode hafalan
·         Merefleksi yaitu memperhatikan bacaaan yang sedang di pelajari baik dari segi tulisan maupun bacaanya.
·         Mengulang yaitu Membaca berulang-ulang apa yang diucapkan pengajarnya.
·         Meresitasi yaitu mengulang secara individu guna mengetahui apa yang telah dipelajari.
·         Retensi yaitu ingatan yang telah di miliki mengenai apa yang telah dipelajari secara permanaen.[17]
Dalam menggunakan metode hafalan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Tujuan yang hendak di capai, yaitu siswa dapat menyimak teks yang dibacakan oleh guru;
2.      Bahan yang akan diajarkan, yaitu memberikan teks yang akan dihafalkan seperti hadist dan teks lainnya yang perlu dihafalkan;
3.      Jumlah murid dan taraf kemampuan harus efektif;
4.      Penguasaan materi untuk menghafal;
5.      Pemilihan metode lain, sebagai metode pembantu, seperti metode Tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya;
6.      Situasi, kondisi, dan waktu harus efisien.
Adapun teknik-teknik menghafal diantanya adalah:
1.      Teknik Memahami teks-teks yang akan dihafal
Pada teknik ini ayat-ayat yang dihafal harus dipahami dulu artinya melalui terjemahan, dan dibaca berulang-ulang sampai mengingatnya. Setelah itu berusa untuk menghafal dan menyetornya kepada pembibing
2.      Teknik mengulang-ulang sebelum menghafal
Pada teknih ini sebelum mulai menghafal Membaca berulang-ulang ayat-ayat yang dihafal setelah itu baru dihafal sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf.
3.      Teknik mendengar sebelum menghafal
Pada teknik ini hanya memerlukan pencurahan pikiaran untuk keseriusan mendengar ayat-ayat yang akan dihafal.
4.      Teknik menulis sebelum menghafal
Sebagian penghafal al-qur’an ada yang cocok menulis ayat-ayat terlebih dahulu sebelum dihafalnya, sebenarnya cara ini sudah banyak dilakukan oleh para ulama zaman dahulu, mereka menulis dahulu baru kemudian menghafalnya.
D.    Kelebihan dan kekurangan metode hafalan
Adapun kelebihan metode hafalan diantanya ialah:
1.      Siswa dapat melatih ingatan sehingga menjadi kuat.
2.      Tidak perlu membawa teks jika ingin menyampaikan materi.[18]
3.      Menumbuhan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
4.      Pengetahuan yang dimiliki siswa tiadak mudah hilang karena telah dihafal.
5.      Siswa berkesempatan untuk menumpuk perkembanagan, keberanaian, bertanggung jawab serta mandiri.[19]
Adapun kekurangan metode menghafal diantaranya ialah:
1.      Menghafal yang telalu sulit akan membuat keteganagan mental
2.      Kurang tepat atau membutuhkan perhatian yang lebih bila diberikan kepada siswa  yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
3.      Jika daya ingat muridnya lemah maka akan sulit menggunakan metoe tersebut.
4.      Kurangnya interaktif antara siswa dan guru.


DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, 2005. Strategi Belajar Mengajar, cet,2, Bandung: Pustaka setia.

Zakiah Darajat, 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed.2, Cet.4, Jakarta: Bumi Aksara.

Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, cet,1, Jakarta: PT Raja Grafiondo Persada.
Ahmad Tafsir, 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Roda karya.
Zuhairi, 1993. Metodologi Pendidikan Agama, solo: Ramadhani.
Hasan Alwi, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.III , Cet.3, Jakarta: Balai Pustama.
Mardiyo, dkk. 2004. Metodologi pembelajaran Agama, Cet.2 Yokyakarta: Pustaka belajar.

Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: citra media.





[1] Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, cet,2, (Bandung: Pustaka setia, 2005), hal. 89.
[2] Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed.2, Cet.4, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 304-305.
[3]Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, cet,1, (Jakarta: PT Raja Grafiondo Persada, 1995), hal. 59.
[6] Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60.
[7] Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar…, hal. 89-91
[9] Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60.
[11] Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60-61.
[12] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Roda karya, 1995), hal.9 .
[13]Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (solo: Ramadhani, 1993), hal. 66.
[14] Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.III , Cet.3, (Jakarta: Balai Pustama, 2003), hal. 381.
[15] Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal.174.
[16] Mardiyo, dkk. Metodologi pembelajaran Agama, Cet.2 (Yokyakarta: Pustaka belajar, 2004, hal.33
[17] Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: citra media,1996), hal. 82.
[18] Sultan masyhud dan khusnurdilo, Manajemen Pondok Pasantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), hal. 89.
[19] Armei Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat press, 2001), hal.166.
Musawaf

No comments:

Post a Comment