Metode Kerja Kelompok
A.
Pengertian metode kerja kelompok
Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih untuk suatu kerja
atau suatu yang tujuan. Kelompok belajar adalah kelompok siswa yang mengajarkan
pelajaran secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Kerja kelompok itu akan berguna atau berhasil apabila kelompok tersebut
mempunyai tujuan tertentu, setiap kelompok sadar dan mampu menghayati peran
sertanya, serta mau berpartisipasi sesuai dengan tujuan kelompoknya. Dengan
demikian, tidak semua kumpulan dua orang siswa atau lebih (siswa yang
mengerombol) dapat disebut kelompok belajar ini mempunyai cirri-ciri kusus
yaitu:
1.
Adanya
persatuan diantara anggota-anggotanya.
2.
Anggota-anggotanya
sanggup bekerja dan bertintak bersama untuk tujuan bersama-sama dalam keadaan yang sama-sama
mereka hadapi.
3.
Interaksi
secara sadar terjadi di antara anggotanya. Pengunaan metode kerja kelompok
dalam proses belajar mengajar menuntut pemecahan kelas menjadi beberapa
kelompok kecil. Setiap kelompok anggotanya dapat terdiri dari 3 sampai 7 orang
siswa.[1]
Pengelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri yang biasanya
dalam pemilihan dalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan
teman yang menurutnya lebih dekat. Pengelompokan dapat pula dilakukan oleh guru
atas pertimbangan-pertimbangan pedagogis, diantaranya untuk membedakan anak
didik yang cerdas, normal dan lemah. Menurut crow and crow bahwa
anak yang cerdas apabila digabungan dengan anak yang lemah akan mengalami
kesulitan-kesulitan dalam belajar terutama bagi yang lemah. Untuk kelompok yang
bagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru sebagai pembibing akan lebih
berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar
jangan terlalu dirugikan. Sedangkan cerdas jangan jangan ada anggapan
bahwa adanya kelompok tidak memebri
manfaat baginya. Dalam hal ini guru meritugas tugas kepada yang lebih cerdas
untuk membantu rekan-rekannya yang lemah.[2]
Sesuai
dengan firman Allah yang berbunyi[3]:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur (
wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4
(#qà)¨?$#ur ©!$# (
¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
Artinya:
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
B.
Asumsi dasar
(pendekatan) dari metode kerja kelompok
· Melatih
bekerja dalam kelompok (teamwork)
· Melatih keterampilan berkomunikasi
· Pembagian kerja
· Melatih
kemampuan bertanggung jawab
C.
Langkah-
langkah peneraban metode kerja kelompok
Ada beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja
kelompok, yaitu :
a)
Menentukan kelompok
Hal ini dapat dilakukan
oleh guru atau murid
atau secara bersama-sama
antara guru dan murid. Aspek-aspek kelompok
yang perludi
perhatikan dalam kerja kelompok yaitu :
1.
Tujuan
Sebelum siswa mengerjakan tugas,
seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan
harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.[5]
Setiap bentuk kerja kelompok mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini
merupakan faktor pengikat yang penting dalam kelompok dan akan memberi ciri
terhadap aspek-aspek lain, kejelasan dan kemantaban tujuan bahkan menentukan
kecocokan ikatan kelompok.[6]
2.
Kepemimpinan
Unsur
kepemimpinan sangat diperlukan agar kelompok secara efisien dapat mencapai
tujuannya (meneyelesaikan tugas yang dibebankan kelompok). Oleh karena itu, setiap
pembentukan kelompok perlu menunjukkan pemimpin kelompok 9ketua kelompok),
sebaiknya pemimimpin kelompok dipilih secara demokratis.
3.
Norma
Mekanisme
interaksi anggota kelompok berlangsung sesuai dengan norma atau aturan
kelompok. Dengan norma ini, keteratuaran ketertiaban interaksi antar anggoata
kelompok. dan diperlukan kesadaran kelompok untuk manaati norma-norma yang ada.
4.
Interaksi
Interaksi
dalam hal ini dimaksudkan adanya komunikasi tatap muka anatar sesame anggota
dalam bentuk berbicara, mendengarkan, bertanya, menjawab atau berkomunikasi
nonverbal.
5.
Perasaan
Aspek
ini penting karena dapat menciptakan kerja kelompok yang berpengaruh pada
produktivitas kelompok. Didalam kelompok
ada perasaan individu dan perasaan
kelompok. Persaan kelompok diantaranya adalah perasaan kesetia kawanan,
persatuan dan kesatuan antar anggota dalam rangka pelaksanaan / penyelesaian
tugas.[7]
Tidak mengabaikan asas individual
Dimana
siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadiyang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.
Mempertimbangkan fasilitas yang
tersedia atau yang dimiliki.
Dimaksudkan untuk memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya.
Memberi tugas-tugas kepada kelompok
Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas
padakelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.[8]
A.
Kelebihan dan
kekurangan metode kerja kelompok
Kelebiahan
metode kerja kelompok diantaranya adalah:
1.
Menumbuhkan
rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan.
2.
Menumbuhkan
rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok yang terbaik sehinga dengan
demikian terjadilah persaingan sehat. Untuk mencari kemajuan dan prestasi dalam
kelompoknya.
3.
Terjadinya
transfer pengetahuan antara sesama kelompok yang masing-masing dapat saling isi
mengisi dan melengkapi kelebiahan antar mereka.
4.
Dapat
meringankan tugas guru dan pimpinan sekolah.[9]
Kekurangan
metode kerja kelompok diantaranya adalah:
Kekurangan metode ini adalah :
1. Kerja kelompok sering kali hanya
menlibatkan kepada siswa yang mampusebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan
yang kurang;
2. Strategi ini kadang-kadang
menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang
berbeda pula;
3. Keberhasilan kerja kelompok ini
tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri;[10]
4.
Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang ;
5. Persaingan tidak sehat akan terjadi
manakala guru tidak dapat meberikan penegertian pada siswa;
6.
Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin dri dan pemalas terbuak
kemungkinan untuk pasif dalam kelompoknya;
7.
Sifat kemampuan individual kadang-kadang terasa terabaikan;
8.
Jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak
diberikan batas-batas waktu tertentu, maka tugas tersebut cenderung terabaikan
dan terlupakan;
9. Tugas juga dapat terbengkalai
manakala tidak mempertimbangkan aspek psikologis anak.[11]
Metode
Hafalan
A.
Pengertian
metode hafalan
Metode bersal dari kata methot dalam bahasa inggris, yang berarti
cara. Metode adalah cara yang cepat dan tepat melakukan sesuatu.[12] Selain
itu zuhairi mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa yunani (Greeka)
yaitu kata “metha” dan “hodos” metha berarti melalui atau melewati, sedangkan
hodos berati jalan yang harus dilalui atau dilewai untuk mencapi tujuan
tertentu.[13]
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan metode adalah cara cepat dan tepat digunakan
dalam pembelajaran. Metode ini juga mempenyai pengaruh dan tujuan pengajaran.
Adapun menghafal menurut Bahasa Indonesia, menghafal berasal dari
kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran, atau dapat
mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku dan catatan lain. Ditambah awalan
me menjadi menghafal, “menghafal artinya beruhasa meresap dalam pikiran agar
selalu ingat”.[14]
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan metode menghafal ialah
cara cepat dan tepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan cara
menghafal yaitu mengucapkan diluar kepala tanpa harus melihat buku dan catatan
lain lagi. Metode menghafal merupakan kegiatan belajar siswa denga cara
menghafal suatau teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan guru. Para
siswa diberi tugas untuk menghafal dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang
dimiliki siswa ini kemudian di demontrasikan dihadapan guru.
Metode ini dikenal juga dengan metode Min-Mem, Min-Men ini
singkatan dari mimicry (meniru) memorization (menghafal)/ peringatan. Metode
ini dikenal juga sebagai informant-drill method.[15] Metode
hafalan ini biasanya digunakan untuk menghafal Al-qur’an, dan hadist, selain
itu metode ini juga sering digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, seperti
bahasa Arab.
B.
Asumsi dasar
(pendekatan) metode hafalan
Adapun
landasan dasar penggunaan metode hafalan dalam pengajaran al-Qur’an hadist
yaitu Qs. Al-Hijir ayat 9 yang berbunyi:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya:
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.
Adapun
tujuan metode menghafal dalam pelajaran al-qur’an hadist ialah:
1.
Kemantapan
Membaca sesuai dengan sarat-sarat yang telah ditentukan dan menghafal yang
telah ditetapkan.
2.
Kemampuan
Memahami al-Qur’an dan hadist secara sempurna, memuaskan akal, dan mampu
menenangkan jiwanya.
3.
Kesanggupan
menerapkan ajaran islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.
4.
Kemampuan
memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.
5.
Menumbuhkan
rasa cinta dan keagungan dalam jiwanya.
6.
Pemberian
pendidikan islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama dari Al-Qur’an
Al-karim.[16]
C.
Langkah-langkah
penerapan metode hafalan
Langkah
–langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode hafalan
·
Merefleksi
yaitu memperhatikan bacaaan yang sedang di pelajari baik dari segi tulisan
maupun bacaanya.
·
Mengulang yaitu
Membaca berulang-ulang apa yang diucapkan pengajarnya.
·
Meresitasi
yaitu mengulang secara individu guna mengetahui apa yang telah dipelajari.
·
Retensi yaitu
ingatan yang telah di miliki mengenai apa yang telah dipelajari secara
permanaen.[17]
Dalam
menggunakan metode hafalan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Tujuan yang
hendak di capai, yaitu siswa dapat menyimak teks yang dibacakan oleh guru;
2.
Bahan yang akan
diajarkan, yaitu memberikan teks yang akan dihafalkan seperti hadist dan teks
lainnya yang perlu dihafalkan;
3.
Jumlah murid
dan taraf kemampuan harus efektif;
4.
Penguasaan
materi untuk menghafal;
5.
Pemilihan
metode lain, sebagai metode pembantu, seperti metode Tanya jawab, diskusi dan
lain sebagainya;
6.
Situasi,
kondisi, dan waktu harus efisien.
Adapun
teknik-teknik menghafal diantanya adalah:
1.
Teknik Memahami
teks-teks yang akan dihafal
Pada teknik ini ayat-ayat yang dihafal harus dipahami dulu artinya
melalui terjemahan, dan dibaca berulang-ulang sampai mengingatnya. Setelah itu
berusa untuk menghafal dan menyetornya kepada pembibing
2.
Teknik mengulang-ulang
sebelum menghafal
Pada teknih ini sebelum mulai menghafal Membaca berulang-ulang
ayat-ayat yang dihafal setelah itu baru dihafal sampai dapat mengucapkannya
tanpa melihat mushaf.
3.
Teknik
mendengar sebelum menghafal
Pada teknik ini hanya memerlukan pencurahan pikiaran untuk
keseriusan mendengar ayat-ayat yang akan dihafal.
4.
Teknik menulis
sebelum menghafal
Sebagian penghafal al-qur’an ada yang cocok menulis ayat-ayat
terlebih dahulu sebelum dihafalnya, sebenarnya cara ini sudah banyak dilakukan
oleh para ulama zaman dahulu, mereka menulis dahulu baru kemudian menghafalnya.
D.
Kelebihan dan
kekurangan metode hafalan
Adapun
kelebihan metode hafalan diantanya ialah:
1.
Siswa dapat
melatih ingatan sehingga menjadi kuat.
2.
Tidak perlu
membawa teks jika ingin menyampaikan materi.[18]
3.
Menumbuhan
minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
4.
Pengetahuan
yang dimiliki siswa tiadak mudah hilang karena telah dihafal.
5.
Siswa
berkesempatan untuk menumpuk perkembanagan, keberanaian, bertanggung jawab
serta mandiri.[19]
Adapun kekurangan metode menghafal diantaranya ialah:
1.
Menghafal yang
telalu sulit akan membuat keteganagan mental
2.
Kurang tepat
atau membutuhkan perhatian yang lebih bila diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda.
3.
Jika daya ingat
muridnya lemah maka akan sulit menggunakan metoe tersebut.
4.
Kurangnya
interaktif antara siswa dan guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, 2005. Strategi Belajar Mengajar,
cet,2, Bandung: Pustaka setia.
Zakiah Darajat, 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
Ed.2, Cet.4, Jakarta: Bumi Aksara.
Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, 1995. Metodologi Pengajaran Agama
dan Bahasa Arab, cet,1, Jakarta: PT Raja Grafiondo Persada.
Ahmad Tafsir, 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Bandung: Remaja Roda karya.
Zuhairi, 1993. Metodologi Pendidikan Agama, solo: Ramadhani.
Hasan Alwi, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.III , Cet.3,
Jakarta: Balai Pustama.
Mardiyo, dkk.
2004. Metodologi pembelajaran Agama, Cet.2 Yokyakarta: Pustaka belajar.
Muhaimin, 1996.
Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: citra media.
[1]
Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, cet,2,
(Bandung: Pustaka setia, 2005), hal. 89.
[2]
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed.2, Cet.4,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 304-305.
[3]Tayar
Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
cet,1, (Jakarta: PT Raja Grafiondo Persada, 1995), hal. 59.
[5] http://www.metode-kerja-kelompok.htm.
[6] Tayar
Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60.
[7]
Abu Hamid dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar…, hal. 89-91
[8] http://www.metode-kerja-kelompok.htm.
[9]
Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60.
[10] http://www.metode-kerja-kelompok.htm.
[11]
Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal. 60-61.
[12]
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Roda
karya, 1995), hal.9 .
[13]Zuhairi,
Metodologi Pendidikan Agama, (solo: Ramadhani, 1993), hal. 66.
[14]
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.III , Cet.3, (Jakarta: Balai
Pustama, 2003), hal. 381.
[15]
Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…,hal.174.
[16]
Mardiyo, dkk. Metodologi pembelajaran Agama, Cet.2 (Yokyakarta: Pustaka
belajar, 2004, hal.33
[17]
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: citra media,1996), hal.
82.
[18]
Sultan masyhud dan khusnurdilo, Manajemen Pondok Pasantren, (Jakarta:
Diva Pustaka, 2005), hal. 89.
[19]
Armei Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
ciputat press, 2001), hal.166.
Musawaf
No comments:
Post a Comment