HUBUNGAN AQIDAH DAN AKHLAK
1.
Fungsi Aqidah dan Akhlak dalam Islam
Aqidah yang baik yang ditanamkan
sejak lahir atau saat masih kecil sangat penting atau berpengaruh unruk
membentuk akhlak yang mulia. Karena penanaman aqidah sejak usia dini dapat
mengarahkan manusia pada jalan yang lurus, jalan yang aman karena memiliki
landasan hidup yang benar.
Sedangkan aqidah yang telah tertanam
akan menunjukkan peribadahan (syariat) yang lebih baik, sebagai hasilnya dia
akan berperilaku lebih baik pula, sehingga aqidah dapat mempercantik akhlak
seseorang. Ini karena keduanya saling keterkaitan antara aqidah dan akhlak.
2.
Contoh-contoh Perilaku Akhlak dan Aqidah
Perilaku akhlak terpuji (akhlak mahmudah) adalah:
a.
Menepati
janji
b.
Jujur
c.
Amanah
d.
Sabar
e.
Optimis
f.
Pemberani
g.
Dinamis
h.
Kreatif
i.
Futuristic
j.
Ikhlas
Sedangkan contoh-contoh perilaku aqidah adalah:
a.
Menyemah
Allah sebagai Tuhan satu-satunya, dengan melaksanakan ibadah seperti shalat dan
kewajiban-kewajiban lainnya.
b.
Mengimani
kkepada kitab Al-Quran yakni dengan membaca, memahami serta mengamalkan
ajarannya sebagai pedoman hidup yang mesti dijaga ddan dipelihara sepanjang
masa.
3.
Hubungann antara Akhlak dan Aqidah
Agama Islam sebagai aturan atau
sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan,
agama berisi perintah dan larangan, ada juga perintah anjuran dan larangan.
Hubungan antara akhlak dan aqidah sangat erat, kerena antara akhlah dan aqidah
itu saling bergantungan.
4.
Memahami Ajaran Islam Dengan Pembidangan
a.
Dimensi
Aqidah
Secara harfiah, akidah adalah sesuatu yang mengikat, atau terikat,
tersimpul. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah system kepercayaan dalam Islam. Disebut
aqidah karena kepercayaan itu mengikat penganutnya dalam bersikap dan
bertingkah laku. Orang yang kuat aqidahnya terhadap Tuhan, maka keyakinan itu
mengikatnya dalam bersikap terhadap suatu nilai dan mengikat perilakunya.
Sebalinya orang yang tidak kuat keyakinan kepada keadilan Tuhan ia mudah
menyerah dalam berjuang dan bisa dinegosiasi untuk toleran terhadap
penyimpangan, mudah terpancing untuk membalas dendam dengan cara yang
menyimpang dari aturan. System kepercayaan ini akhirnya berkembang menjadi
ilmu, disebut Ilmu Tauhid.
b.
Dimensi
Syariah
Secara harfiah syariah adalah jalan. Sedangkan menurut istilah
syariah adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajaran Islam. Disebut syariah
karena aturan itu dimaksud memeberikan jalan atau mengatur lalu lintas
perjalanan hidup manusia. Syariah juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
dan hubungan manusia dengan manusia.
c.
Dimensi
Akhlak
Akhlak merupakan dimensi nilai dari syariat Islam. Kualitas
keberagaman justeru ditentukan oleh nilai akhlak. Karena akhlak juga merupakan
subsistem dari system ajaran Islam, maka pembidanagan akhlak juga vertical dan
horizontal. Ada akhlak manusia kepada Tuhan, kepada sesame manusia, kepada diri
sendiri, kepada alam hewan, dan tumbuhan.
Definisi akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya
perbuatan lahir secara spontan tanpa berfikir untung rugi.
Ajaran Islam terdapat dalam struktur ISLAM-IMAN-IHSAN. Islam adalah
syahadat,shalat, puasa, zakat,dan haji bagi yang mampu. Iman adalah percaya
kepada Allah, malaikat,kitab-kitab, Rasul, hari kiamat, dan kadha kadar. Ihsan
adalah kualitas hubungan manusia dengan Tuhan (merasa melihat atau
sekurang-kurangnya merasa dilihat oleh Tuhan ketika sedang beribadah). Konsep
ihsanlah nanti yang menjadi pijakan ilmu tasawuf, yaitu rasa dekat dan komunikasi
dengan Tuhan.
Akhlak dan Aqidah Islam memiliki hubungan yang sangat erat, seperti
jasad dan ruh, raga dan jiwa pada setiap insane yang hanya dapat dipisahkan
dalam ucapan tapi keduanya pasti tidak pernah terpisah dalam kenyataan.
Keimanan kepada Allah berarti juga meyakini asma Allah yang
semuanya menunjukkan hakikat-Nya yang Maha sempurna. Keimanan kepada Rasul-Nya
adalah meyakini bahwa para Rasul itu manusia pilihan, yang senantiasa hidupnya
bersih, mulia serta selalu dalam pengawasan Allah SWT. Para rasul itu adalah
manusia-manusi yang tulus dan penuh pengabdian kepada Allah, memiliki kekuatan
jiwa yang tangguh, sehingga tida tidak akan tergoda oleh rayuan syetan, bahkan
selalu dapat menghindarkan diri dari mereka dari perbuatan salah dan dosa. Iman
yang kokoh menjadi landasan kokoh bagi usaha kita meniru dan mendekati derajat
tertinggi yang dimiliki oleh kepribadian para Rasul.
Nabi bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لاِتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ (رواه المسلم)
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk mengembangkan dengan
sempurna akhlak yang luhur”.
(H.R. Muslim).
No comments:
Post a Comment