Wednesday, February 18, 2015

ALIRAN-ALIRAN POLITIK DALAM ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diprekdisikan oleh nabi Muhammad saw.bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya ada 1 golongan saja yang kelak akan selamat. Sedangkan yang lainnya akan binasa. Ketika Beliau ditanya oleh para sahabat, siapakah mereka yang akan selamat? Rasulullah saw.menjawab, mereka adalah orang-orang yang mengikuti  ajaranku dan ajaran para sahabatku”.
Munculnya kelompok seperti syiah, khawarij dan murji’ah pada awalnya adalah buah dari perbedaan pendapat mengenai kepemimpinan umat islam waktu itu, namun seiring dengan perkembangan zaman, masalah itu menjadi problem yang rumit mencakup aqidah dan hokum. Di tanah air kita ini terdapat bermacam-macam aliran dan paham yang banyak sekali jumlahnya. Ada yang berbau agama dan ada yang berbau pemikiran. Misalnya, ada Aliran Isa Bugis yang menganggap umat islam sekarang masih dalam periode Makkah (jahiliyah). Ada paham ikrar sunah yang tidak mengakui hadits nabi. Ada pula agma Salamullah buatan Lia Aminudin yang mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril.
Dalam menyikapi hal itu diperlukan sikap kritis dan objektif dalam memandang suatu aliran atau paham tertentu, terutama yang sudah sering disoroti sebagai aliran dan paham yang sesat. Karena bukan tidak mungkin ada sebab-sebab atau maksud tersembunyi  dibalik eksistensi suatu paham atau aliran. Entah karena motivasi duniawi yang ingin mengejar  kekayaan harta benda, faktor ambisi kekuasaan, sensasi dan terkenal, memecah belah umat atau karena kebodohan sipemimpin itu sendiri, atau dibayar oleh orang-orang kafir untuk menghancurkan islam atau yang lainnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan syi’ah dan sunni?
2.      Bagaimana latar belakang munculnya syi’ah dan sunni?
3.      Apa yang menjai perbeaan antara syi’ah dan sunni?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    ALIRAN-ALIRAN POLITIK DALAM ISLAM
1.      Syi’ah atau syi’isme
a)      Pengertian Syi’ah
Syi’ah di lihat dari bahasa berarti pengikut, prndukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad saw.atau orang yang di sebut ahlul bait. Dokrin syi’ah adalah segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.[1]

b)     Asal Usul Munculnya Syi’ah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, syiah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.[2]
Adapun menurut Watt, Syiah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah ibn Abi Sufyan tahun 37 H, yang di kenal dengan perang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbirase yang di tawarkan Muawiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak di sebut Khawarij. Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi saw. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm, ketika kembali haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak yang menyertai beliau.[3]
Kemudian ada yang bependapat bahwa paham Syi’ah di bawa oleh seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang memeluk agama islam bernama Abdullah ibn Saba.ia telah menaburkan fitnah, supaya rakyat membenci khlaifah Utsman dengan mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi khalifah. Menurutnya Rasulullah saw pernah berwasiat supaya Ali menjadi khalifah sesudah beliau wafat. Paham ini telah tersebar di kota-kota yang akhirnya membawa kepada pembunuh Utsman. Setelah wafat Utsman, maka di lantik lah Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ke-4 tahun 35 H. hal ini tidak memuaskan sebagian umat Islam saat itu, sehingga terjadilah perang saudara antar Ali dan ‘Aisyah (istri Rasulullah) pada tahun 36 H, yang dikenal dengan perang Jamal (unta) karena ‘Aisyah yang mengepalai tentaranya dengan menunggang unta.[4]

c)      Doktrin-doktrin Syi’ah
a.       Mereka berpendapat bahwa masalah kepemimpinan Negara bukan permasalahan kemaslahatan umum yang diserahkan kepada masyarak Muslim, orang-orang yang mempunyai hak untuk memimpin masyarakat Muslim telah di tunjuk dan di tentukan langsung oleh Allah SWT.
b.      Imam Ali r.a adalah pemimpin yang di tunjuk oleh Rasulullah saw untuk menjadi khalifah setelahnya.[5]
c.       Tauhid, Tuhan adalah Esa baik asensinya maupun eksistensi-Nya, keesaan Tuhan adalah mutlak dan qadim.
d.      Keadilan, Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini merupakan keadilan, Ia tidak pernah menghiasi ciptaannya dengan ketidakadilan.
e.       Nubuwwah, setiap makhluk sekalipun telah di beri insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia.
f.       Ma’ad, adalah hari kiamat, untuk menghadapi pengadilan Tuhan di akhirat.[6]

d)     Imam-imam kaum Syi’ah
Ø  Ali ibin Abi Thalib
Ø  Hasan ibn Ali ibin Abi Thalib
Ø  Husaih ibn Ali ibin Abi Thalib
Ø  Ali Zaynal Abidin ibn Hasan ibn Ali
Ø  Muhammad al-Baqir ibn Ali Zaynal Abidin
Ø  Ja’far Sadiq ibn Muhammad al-Baqir.
Ø  Musa al-Kazim ibn Ja’far as-Sadiq
Ø  Ali Ridha ibn Musa al-Kazim
Ø  Muhammad al-Jawad ibn Ali Ridha
Ø  Ali ibn Muhammad ibn Ali Ridha
Ø  Hasan ibn Ali Muhammad
Ø  Muhammad ibn Hasan al-Askari al-Mahdi.[7]
Di dalam perjalanan sejarah kelompok Syi’ah akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte, di antaranya:
a.       Syi’ah Itsna Asyariyah atau di sebut juga “syiah dua belas/syiah imamiyah.
Di namakan syi’ah imamiyah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik, yakni ali berhak menjadi khalifah bukan karena kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapai karena ia telah di tunjukkan dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Syiah itsna Asy’ariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti di tunjukkan nash.
b.      Syi’ah sab’iyah
Asal usul penyebutan syi’ah sab’iyah, istilah syi’ah sabiiyah. Istilah syi’ah sab’iyah di analogikan dengan syi’ah Asyariyah, istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte syi’ah sab’iyah hanya mengakui tujuh imam, yaitu: Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq dan Ismail bin Ja’far. Berbeda dengan syi’ah sab’iyah, syi’ah itsna Asyariyah membatalkan ismail bin Ja’far sebagai imam ke tujuh karena di samping memiliki kebiasaan tak terpuji juga karena dia juga wafat (143 H/760 M) mendahului ayahnya,Ja’far (w.765).

c.       Syi’ah Zaidiyah
Asal-usul Syiah Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagi imam kelima, putra imam keempat, Ali Zainal Abidin, kelompok ini berbeda dengan sekte syiah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra Zaina Abidin yang lain, sebagai imam kelima.
d.      Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-gaghlu-ghuluw artinya bertambah atau naik. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih lanjut, Abu Zahrah menjelaskan bahwa syi’ah ekstrim (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangat pada derajat kenabian bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad.[8]

2.      Ahlussunnah atau Sunnisme
a.      Pengertian Ahlussunnah
Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejeak langkah yang berasal dari Nabi Muhammad saw dan membelanya. Ahlul sunnah wal Jama’ah itu tidak hanya terdiri dari satu kelompok aliran, tapi ada beberapa sub-aliran, ada beberapa faksi di dalamnya. Karenanya Dr. Jalal M. Musa mengatakan, bahwa istilah Ahlussunnah wal Jama’ah ini menjadi rebutan banyak kelompok, masing-masing membuat klaim bahwa dialah Ahlusunnah wal Jama’ah. Kata Ahlussunnah wal Jama’ah da;lam istilah ini oleh Abdul Mudhoffar al-Isfarayini di berikan alas an karena mereka menggunakan Ijma’ dan Qiyas sebagai dalil syar’iyah yang fundamental, disamping Al-Quran dan Hadis.[9]



b.      Asal usul Ahlussunnah
Sebelum lahirnya istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai satu mazhab, generasi awal (dimulai dari sahabat, tabi’I, tabi’-tab’in) di sebut dengan salaf, dan generasi yang dating kemudian disebut dengan khalaf. Paham-paham Ahlulssunnah terlebih dahulu di anut oleh tokoh-tokoh ahli sunnah dan sahabat,tabi’I, tabi’-tab’in sampai kepada imam mazhab, seperti Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I dan Imam Hanbali. Bahkan Nabi Muhammad saw telah mengisyaratkan dalam hadisnya yaitu:
“bahwasanya Bani Israil telah berfirqah-firqah sebanyak 72 firqah dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semuanya masuk neraka kecuali satu. Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya: “siapakah yang satu itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab :” yang satu itu ialah orang yang berpegang (beri’tiqad) sebagaimana peganganku (I’tiqadku) dan pegangan sahabat-sahabatku.” (HR. Tirmizi).
Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah lahir pada akhir tahun ke-3 Hijriyah, yang di ketuai oleh dua orang ulama besar dalam ilmu ushuluddin yaitu Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Syekh al-Maturidi.[10]
c.       Doktrin-doktrin Ahlussnunnah wal Jama’ah
1)                  Ma’rifah Allah dengan sifat-sifatNya.
Ahlussnunnah berpendapat tentang sifat-saifat Allah adalah mengisbatkan seluruh sifat-sifatNya dan sesungguhnya sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat hawadis walaupun sama dari segi nama,tetapi berbeda dari segi hakikatnya.
2)                  Keesaan Allah (wahdaniyatullah)
Dalam istilah ilmu kalam keesaaan Allah mencakup 3 katagori,yaitu:


Ø    Wahdaniyah fiz zat
Artinya zat Allah tidak terdiri dari komponen-komponen atau tidak terdiri dari kesatuan oknum, tidak ada trinitas dan juga tidak ada tandingan.
Ø    Wahdaniyah fish shifat
Artinya tidak ada yang menyamai sifat-sifat Allah.
Ø    Wahdaniyah fil ‘Af’al
Artinya tidak dicampuri karya atau ciptaan Allah oleh siapapun berbuat apa saja, menciptakan apa saja, mengatur apa saja, memusnahkan apa saja atau menyelamatkan siapa saja.
3)                  Qudrah Allah swt. Dan Af’al (perbuatan) makhluk
Sesungguhnya seluruh perbuatan hamba adalah makhluq (ciptaan) Allah karena Allah telah menyatakan dalam Firman-Nya: “dan Allah yang menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu.”
Sesungguhnya Allah menciptakan bagi makhluknya ikhtiyar, di mana seorang hamba sanggup mengerjakan suatu perbuatan dan meninggalkannya. Ikhtiyar inilah yang menjadi sasaran taklif.
4)                  Melihat Allah swt. Pada hari kiamat
Sesungguhnya Allah swt. Akan dapat dilihat oleh orang-orang beriman. Tetapi tanpa kayfiyah dan tempat. Hal ini dipahami dari ayat Al-qur’an yang mengisahkan tentang nabi Ibrahim as. Saat beliau memohon kepada Allah agar bisa melihat Allah swt., maka Allah mengisyaratkan pada sebuah bukit.
5)                  Lafal-lafal Mutasyabihat
Lafal-lafal mutasyabihat yang warid dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ahlussunnah wal jama’ah mentakwilkannya kepada makna yang lebih sesuai dan tidak tasyabuh.
6)                  Al-Qur’anul Karim Kalam Allah
Ahlussunnah wal jama’ah menyatakan bahwa Al-Qur’an yang kita baca adalah Kalamullah yang Qadim.
7)                  Orang mukmin yang mengerjakan dosa besar
Orang mukmin yang meninggal dunia setelah mengerjakan dosa besar dan belum sempat bertobat, menurut mereka kedudukannya di bawah masyiah atau kehendak Allah.
8)                  Syafa’at rasulullah saw
Sesungguhnya Rasulullah saw. Memiliki syafa’at untuk meringankan siksaan bagi ummatnya yang telah berbuat maksiat. Tetapi beliau tidak memberikan syafa’at melainkan kepada siapa yang telah diridhai Allah.[11]

d.      I’tiqad syi’ah yang bertentangan dengan i’tiqat ahlussunnah wal jamaah
Berikut ini ada beberapa poin yang kami lihat berbeda dengan Ahlussunnah Wal jamaah:
a.       Masalah wasiat Nabi saw.mengenai kekhalifahan
Kaum syi’ah mempercayai bahwa Rasulullah SAW telah mewasiatkan imamah dan khalifah kepada Ali dan mereka ber i’tiqad bahwa imamah tidak akan keluar dari keturunan Ali. Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya masalah imamah bukanlah hukum kemaslahatan yang berkaitan dengan masalah umum, tetapi ia termasuk hukum asal dan rukun agama sehingga tidak boleh di serahkan pada umum. Dalam hal ini mereka berpegang kepda hadits yang menjelaskan bahwa hubungan Ali dengan Rasulullah SAW yaitu: “ini saudaraku dan washiku dan khalifahku sesudahku. Maka dengar dan patuhlah kamu sekalian kepadanya”
b.      Persoalan imam
Kaum syi’ah menamakan pengganti Nabi dengan imam, sedangkan Ahlussunnah Wal jamaah menamakannya khalifah. Fungsinya juga berlainan antara imam kaum syi’ah dengan khalifah bagi Ahlussunnah Wal jamaah.
Khalifah bagi Ahlussunnah  hany pengganti Nabi dalam hal urusan pemerintahan dan agama. Mereka tidak ma’sum walaupun mereka mempunyai hak untuk berijtihad, sedangka imam bagi kaum syi’ah bukan sekedar kepala negara, tetapi juga menjadi imam agama dan rohaniah. Imam pada mereka seperti Nabi keadaannya yaitu ma’shum, tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar atau kecil dan mendapat wahyu dari Allah. Percaya kepada imam merupakan rukun iman artinya siapa yang tidak percaya maka dia dihukumkan kafir atau munafik.
Paham ini sangat bertentangan dengan Ahlussunnah Wal jamaah, karena sifat imam itu seperti nabi, sedangkan pangkat kenabian tidak akan ada lagi sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw.[12]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Syi’ah secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad saw.atau orang yang di sebut ahlul bait.
2.      Dokrin syi’ah adalah segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.
3.      Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejeak langkah yang berasal dari Nabi Muhammad saw dan membelanya.
4.      Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah lahir pada akhir tahun ke-3 Hijriyah, yang di ketuai oleh dua orang ulama besar dalam ilmu ushuluddin yaitu Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Syekh al-Maturidi.
5.      Banyak perbedaan i’tikad antara aliran syi’ah an aliran sunni.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, 2001, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung.
Muhammad Abu Zahrah, 1996,  Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Jakarta.
Muhammad Abu Zahrah, 2005, Imam  Syafi’i : Biografi dan Pemikirannya dalam Masalah Aqidah,Politik dan Fiqh, Lentera Basritama, Jakarta.
Mustafa Mu’min, 1974, Qasamat al-Alam al-Islami, Dar al-Fth, Beirut.
Muhammad Tholhah Hasan, 2005, Ahlussunnah wal-Jama’ah, Lantabora Press, Jakarta.
Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), 2007, Pemikiran Ulama Dayah Aceh, Prenada, Jakarta.





[1]  Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Bandung : Pustaka Setia,2001), hlm 89.
[2]  Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terj,Abd Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, ( Jakarta : Logos, 1996), hlm 34.
[3] Abdul Rozak dan …, Ilmu Kalam, hlm 90
[4]  Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), Pemikiran Ulama Dayah Aceh, ( Jakarta : Prenada,2007), hlm 83-84.
[5]  Muhammad Abu Zahrah, Imam  Syafi’i : Biografi dan Pemikirannya dalam Masalah Aqidah,Politik dan Fiqh,( Jakarta : Lentera Basritama, 2005), hlm149.
[6]  Abdul Rozak dan …, Ilmu Kalam, hlm 94-95.
[7] Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), Pemikiran …, hlm 87
[8] Abdul Rozak dan …, Ilmu Kalam, hlm 96
[9]  Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah wal-Jama’ah, ( Jakarta :Lantabora Press, 2005), hlm3-4.
[10] Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), Pemikiran …, hlm 71-72.

[11] Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), Pemikiran …, hlm 77.
[12]  Teungku H.M.Daud Zamzami (Ed), Pemikiran …, hlm 80



DAMS ALASKA š      


No comments:

Post a Comment