Thursday, February 19, 2015

MAKALAH HADIAH, HIBAH DAN SOGOK

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hadiah, Hibah, dan Sogok”. Tidak lupa pula shalawat berbingkai salam kami sanjungkan ke junjungan baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam Jahilliyah ke dalam yang berakhlakul karimah.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dalam penyelesaian makalah ini. Mungkin makalah ini banyak kekurangan dan sudah pasti jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan yang akan datang. Kepada Allah SWT saya berserah diri dengan harapan semoga bermanfaat bagi saya sendiri dan pembaca semua, amin….


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhai oleh Allah SWT dan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta melalui Nabi Muhammad SAW. Semasa hidup, beliau selalu berbuat baik dengan amalan shaleh seperti zakat, pemberian hadiah, hibah dan lain sebagainya. karena islam menganjurkan untuk bershadaqah dengan tujuan menolong saudara muslim yang sedang kesusahan dan untuk mendapat ridha Allah SWT.
Shadaqah bisa berupa uang, makanan, pakaian dan benda-benda lain yang bermanfaat. Dalam pengertian luas, shadaqah bisa berbentuk sumbangan pemikiran, pengorbanan tenaga dan jasa lainnya bahkan senyuman sekalipun.
Akhir-akhir ini kita sering kali mendengar kata-kata korupsi,suap, dan lainnya. Dalam makalah ini kita akan mengkaji tentang hadiah, hibah, dan sogok, di sini kita akan melihat apa itu sogok dan bagaimana kedudukannya dalam Islam, dan masuk ke hadiah atau hibah kah sogok tersebut!

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan hadiah, hibah,dan sogok?
2.      Bagaiman ketentuan hadiah dan hibah?
3.      Bagaimana kedudukan sogok dalam Islam?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian hadia, hibah dan sogok.
2.      Mengetahui ketentuan hadiah dan hibah.
3.      Mengetahui kedudukan sogok dalam Islam.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadiah
1.      Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama.
Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan dibawa ke tempat orang yang akan di beri karena hendak memuliakanya. Hadiah merupakan suatu penghargaan dari pemberi kepada si penerima atas prestasi atau yang dikehendakinya. Rasulullah SAW  bersabda :

عن أبي هريرة عن النّبي صلى الله عليه وسلم قال لو دعيت على كراع أو ذراع لاجبت ولو أهدي إلي ذراع او كراع لقبلت (رواه البخارى)

Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda “ sekiranya saya di undang untuk makan sepotong kaki binatang, pasti akan saya kabulkan undangan tersebut, begitu juga kalau sepotong kaki binatang dihadiahkan kepada saya, tentu saya akan saya terima”. (Riwayat Bukhari).
Dalam hadist lain Nabi bersabda:
عن خالد بن عدي ان النبي صلى الله عليه وسلم قال من جاءه من أخيه معروف من غير إسراف ولا مسألة فليقبله ولا يرده فإنما هو رزق ساقه الله إليه (رواه أحمد)
Dari Khalid bin Adi Sesungguhnya Rasulullah bersabda “ barang siapa yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak dia minta, hendaklah diterimanya (jangan ditolak), sesungguhnya yang demikian itu pemberian yang diterima oleh Allah kepadanya”. (Riwayat Ahmad).
Hukum hadiah adalah boleh ( mubah ). Nabi sendiripun juga sering menerima dan memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana sabdanya: Artinya: "Rasulullah SAW menerima hadiah dan beliau selalu membalasnya". (HR. AI Bazzar)
2.      Rukun Hadiah
Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun shadaqah, yaitu :
a.       Orang yang memberi. Syaratnya ialah orang yang berhak memperedarkan hartanya dan memiliki barang yang diberikan.
b.      Orang yang menerima. Syaratnya adalah berhak memiliki.
c.       Ijab qabul.
d.      Ada barang yang diberikan. Syaratnya adalah barang itu dapa dijual, kecuali:
a)      Barang-barang yang kecil. Misalnya dua atau tiga butir beras, tidak sah dijual, tetapi sah diberikan.
b)      Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan.
c)      Kulit bangkai sebelum disamak tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan.[1]

B.     Hibah
1.      Pengertian Hibah
Pengertian Hibah dilihat dari dua sisi, yaitu dari sudut bahasa dan pengertian menurut istilah/terminologi. Menurut bahasa (harfiah), hibah berarti pemberian atau memberikan. Menurut istilah, Hibah ialah memberikan sesuatu hak milik kepada orang lain untuk memilikinya dengan masud berbuat baik dan yang dilakukan dalam masa hidup.
Hibah secara umum adalah pemberian selama hidup, dengan catatan bila pemberinya meninggal terlebih dahulu, maka barang yang dihibah itu tetap pada yang diberinya. Akan tetapi, kalau orang yang diberinya meninggal terlebih dahulu, barang itu kembali kepada pemberinya.
2.      Rukun Hibah
Rukun hibah ada empat, yaitu :
a)      Pemberi hibah ( Wahib )
a.       Pemilik sempurna
b.      Cakap dalam membelanjakan harta, yakni balig dan berakal.
c.        Memberi dengan sukarela, tanpa paksaan

b)      Penerima hibah ( Mauhub Lahu )
Penerima hibah disyaratkan sudah wujud ketika akad hibah dilakukan. Oleh sebab itu, hibah tidak boleh diberikan kepada anak yang masih dalam kandungan.
c)      Barang yang dihibahkan .
Syarat-syarat barang yang di hibahkan adalah :
a.       Barang yangdi hibahkan itu jelas terlihat wujudnya,
b.      Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau harga.
c.       Barang yang di hibahkan itu adalah betul-betul milik orang yang memberikan hibah dan berpindah status pemiliknya dari tangan pemberi hibah ke tangan penerima hibah.
d)     Penyerahan ( Ijab Qabul ).[2]

Hibah dapat dianggap sah apabila pemberian itu sudah mengalami proses serah terima. Jika hibah itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang demikian itu belum termasuk hibah. Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang yang memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.
Kadar hadiah dan hibah adalah sepertiga dari harta yang dimiliki.

C.    Tetapnya Pemberian Menjadi Milik
Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan Nabi s.a.w. pernah memberikan 30 kasturi kepada Najasyi, kemudian Najasyimeninggal dunia sebelum menerimanya. Nabi mencabut kembali pemberian itu.
Kalau seseorang yang memberi atau yang diberi meninggal dunia sebelum menerima, ahli warisnya boleh menerima barang tersebut yang telah diakadkan itu, dan boleh juga mencabutnya.

D.    Mencabut Pemberian
Pemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima tidak boleh dicabut kembali, kecuali pemberian bapak kepada anaknya, tidak berhalangan atau dimintanya kembali. Sesungguhnya tidak berhalangan apabila bapak mencabut pemberian kepada anaknya, tetapi dengan syarat barang yang diberikan itu masih dalam kekuasaan anknya, berarti masih tetap kepunyaan anaknya. Maka apabila barang tersebut telah hilang, si bapak tidak boleh mencabutnya lagi, walapun barang itu kembali ketangan anaknya dengan jalan yang lain.

E.     Hikmah Hadiah dan Hibah
a.       Menumbuhkan rasa kasih sayang sesama umat manusia
b.       Menjadikan harta benda menjadi berlipat
c.        Terjauh dari murka Allah SWT
d.          Terjauh dari siksa neraka
e.       Terjauh dari berbagai macam bencana.


F.     Sogok
            Risywah (رشوةِ) berasal dari kata rasya (رشا) yang berarti al-ja’lu (menyuap). Ibn al-Atsir mengatakan rasywah adalah sesuatu yang menyampaikan pada keperluan dengan jalan menyogok  (الوُصْلَةُ إِلـى الـحاجة بالـمُصانعة). Ar-rasyi adalah orang yang memberikan risywah secara batil, al-murtasyi adalah orang yang mengambil risywah dan ar-ra`isy adalah orang yang bekerja sebagai perantara risywah yang minta tambah atau minta kurang. 
Dalam Hasyiyah Ibn Abidin yang dikutip dari kitab al-Misbah risywah didefinisikan sebagai “Sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau kepada yang lainnya agar orang tersebut memutuskan perkara berpihak kepadanya atau membawa kepada yang diinginkannya”.
a.       Hadis riwayat Ahmad

. عن ثوبان قال لعن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم الراشي والمرتشي والرائش يعني الذي يمشي بينهما

Artinya:
“Hadis diterima dari Tsauban, beliau berkata: Rasulullah melaknat orang yang menyogok dan yang menerima sogok serta orang yang menjadi perantara, yaitu orang yang berjalan di antara keduanya”. (HR. Ahmad).
Dan dari hadits ini kita mengetahui besarnya kejelekkan risywah, dan sesungguhnya hal tersebut termasuk dari perkara-perkara besar yang sampai menyebabkan Nabi s.a.w. berdiri berkhutbah kepada manusia dan memperingatkan dari perbuatan ini. Karena sesungguhnya apabila risywah merajalela di sebuah kaum maka mereka akan binasa dan akan menjadikan setiap dari mereka tidak mengatakan kebenaran, tidak menghukumi dengan kebenaran dan tidak menegakkan keadilan kecuali jika diberi risywah, kita berlindung kepada Allah. Dan riswah , terlaknat yang mengambilnya dan terlaknat pula yang memberi kecuali apabila dalam keadaan yang mengambil riswah menghalangi hak-hak manusia dan tidak akan memberikannya kecuali dengan riswah maka dalam keadaan seperti ini laknat jatuh terhadap yang mengambil dan tidak atas yang memberi karena sesungguhnya pemberi hanya menginginkan mengambil haknya, dan tidak ada jalan bagi dia untuk itu kecuali dengan membayar riswah maka yang seperti ini mendapatkan udzur.  Sebagaimana ditemukan sekarang di sebagian pejabat di Negara-negara Islam yang  tidak menunaikan hak-hak manusia kecuali dengan riswah ini maka dia telah memakan harta dengan batil, dia telah menimpakan kepada dirinya sendiri dengan laknat. Kita memohon kepada Allah ampunan, dan wajib bagi orang-orang Allah telah mempercayakan kepadanya pekerjaan untuk melaksanakannya dengan keadilan dan menegakkannya dengan perkara-perkara yang wajib ditegakkan di dalamnya sesuai kemampuannya.
Berdasarkan riwayat yang dikemukkan di atas ada tiga komponen yang mendapat kecaman dari Rasulullah sehubungan dengan perlakuan risywah. Pertama, orang yang menyogok disebut dengan rasyi; kedua, orang yang menerima sogok disebut dengan murtasyi; dan ketiga, orang menjadi mediator dalam sogok menyogok yang disebut dengan ra`isy. Ketiga komponen ini dikecam oleh rasul dengan kata laknat, baik laknat itu datang dari Rasul s.a.w. maupun laknat itu datang dari Allah SWT. Kedua bentuk laknat ini ditemukan dalam lafa zhadis.
Berdasarkan dalil-dalil yang ada ulama sepakat melarang risywah. Malah Ibn Ruslan mengatakan sogok  itu haram dengan ijma’ ulama. Demikian juga pendapat Imam al-Mahdi dalam kitabnya al-Bahr.  Dengan arti kata tidak ada ulama yang membolehkannya. Larangan ini berlaku secara umum, baik sogok dalam dunia peradilan maupun dalam bidang yang lain.
Harta dapat diperoleh secara tidak halal melalui dua kemungkinan. Pertama, diperoleh dengan cara yang benar, tetapi tidak halal. Kedua, dengan cara yang tidak benar dan tidak halal. Sedangkan menyogok untuk mendapatkan hak walapun benar tetap tidak halal, karena sogok di samping memakan harta orang lain, dia juga menyulitkan dan memberatkan seseorang. 
Dalam Alqur’an tidak ditemukan kata risywah. Dalam pelarangan risywah ini ulama mengambil dalil pelarangan memakan harta secara batil, karena risywah salah satu bentuk penggunaan harta secara batil. Di samping itu ulama juga menafsirkan kata السحت denganrisywah dalam Q.S Al-Maidah :62-63.
3ts?ur #ZŽÏWx. öNåk÷]ÏiB tbqãã̍»|¡ç Îû ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur ÞOÎgÎ=ò2r&ur |Mós¡9$# 4 š[ø¤Î6s9 $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÏËÈ   Ÿwöqs9 ãNßg8pk÷]tƒ šcqŠÏY»­/§9$# â$t7ômF{$#ur `tã ÞOÏlÎ;öqs% zOøOM}$# ÞOÎgÎ=ø.r&ur |Mós¡9$# 4 š[ø¤Î6s9 $tB (#qçR%x. tbqãèoYóÁtƒ ÇÏÌÈ  

Artinya:
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya Amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan Perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya Amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu”. ( Al-Maidah:62-63)
Ketika al-Qurthubi menafsirkan ayat diatas, beliau mengutip beberapa pendapat yang mengatakan bahwa dimaksud السحت adalah risywah (sogok). Risywah tersebut bisa dalam bentuk pemberian (hadiah) pada hakim dalam memutuskan perkara atau pemberian yang diperoleh melalui pemanfaatan kekuasaan. Dalam hal ini lebih lanjut al-Qurthubi mengatakan tidak ada perbedaan pendapat ulama salaf tentang keharaman sogok.  Begitu juga dengan ayat ini yang menerangkan akan pelarangan memakan harta secara bathil :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 Ÿwur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJŠÏmu ÇËÒÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29).
Walaupun ayat di atas berbicara dalam konteks riba, namun para ulama memberlakukannya secara umum terhadap semua cara yang terlarang dalam mendapatkan rezeki, termasuk risywah. Dalam hal ini berlaku kaidah ”yang dipandang keumuman lafaz,  bukan kekhususan sebab” (العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب). Ibn Katsir menafsirkan bahwa ayat di atas merupakan larangan bagi orang mukmin memakan harta secara batil satu sama lain dalam bentuk usaha apapun yang tidak sesuai dengan syari’at seperti riba, judi dan yang sejenisnya.[3] 

G.    Beda Suap dengan Hadiah
  1. Suap adalah pemberian yang diharamkan syari’at, sedangkan hadiah merupakan yang dianjurkan syari’at.
  2. Suap diberikan dengan satu syarat yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung, sedang hadiah diberikan secara ikhlash tanpa syarat.
  3. Suap diberikan untuk mencari muka dan mempermudah hal bathil sedangkan hadiah untuk silaturrahim dan kasih saying.
  4. Suap dilakukan secara sembunyi-sembunyi berdasar tuntut menuntut, biasanya diberikan dengan berat hati, sedang hadiah diberikan atas sifat kedermawanan.
  5. Biasanya Suap diberikan sebelum suatu pekerjaan, sedang hadiah setelahnya.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø  Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama.
Ø  Hibah secara umum adalah pemberian selama hidup, dengan catatan bila pemberinya meninggal terlebih dahulu, maka barang yang dihibah itu tetap pada yang diberinya. Akan tetapi, kalau orang yang diberinya meninggal terlebih dahulu, barang itu kembali kepada pemberinya.
Ø  Dalam Hasyiyah Ibn Abidin yang dikutip dari kitab al-Misbah risywah didefinisikan sebagai “Sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau kepada yang lainnya agar orang tersebut memutuskan perkara berpihak kepadanya atau membawa kepada yang diinginkannya”.
Ø  Risywah atau sogok dalam Islam diharamkan, karena dari segi pengertian tidak termasuk kedalam hibah, hadiah, ataupun sedekah. Sogok tersebut diberikan bukan hendak memuliakan seseorang ataupun dengan ikhlas, tetapi karena ada sesuatu yang diharapkan ataupun supaya suatu keputusan berpihak kepada orang yang memberikan sogok tersebut. Rasulullah pun melaknat orang yang member sogok, orang yang menerima sogok, dan orang yang menjadi perantara sogok, ketiganya berdosa karena sepakat dalam hal kemungkaran.

 DAFTAR PUSTAKA

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet ke-50, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011
www.Rumpun Ilmu  hadist-hadisttentang hadiah dan sogok_Zilfaroni.htm
www.masbadar.bedahadiahdengansuap.com.



[1] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet ke-50, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hal 326.
[2] Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 73
[3] www. Rumpun Ilmu  hadist-hadisttentang hadiah dan sogok_Zilfaroni.htm
[4] www.masbadar.bedahadiahdengansuap.com.

MUSAWAF

No comments:

Post a Comment